NEWS UPDATE : SITUS "PP NURUL MUSTHOFA" SEKARANG SUDAH BISA DI AKSES VIA APLIKASI ANDROID. TUNGGU UPDATE DARI KAMI. SECEPATNYA AKAN KAMI UNGGAH APK NYA UNTUK DI DOWNLOAD,,, TERIMA KASIH
INFO UPDATE
KLIK DI SINI !!
×

INFO UPDATE

  • SAMPLE ATAM 1
  • SAMPLE ATAM 2
  • SAMPLE ATAM 3

MUHAMMAD ATAMMUN NI'AM

Ruang khusus info, pengumuman dan pemberitahuan seputar Pondok Pesantren

NURUL MUSTHOFA
Pasir - Mijen - Demak

SEKIAN TERIMA KASIH

Thursday, December 28, 2017

MBAH ABU SYAMSUDDIN BATU AMPAR MADURA

Kisah hidup putera tunggal Syekh Basyaniyah ini tidak berbeda dengan perjalanan hidup yang pernah ditempuh oleh Ayahanda dan Buyutnya yakni gemar bertapa dan selalu menyendiri bertirakat serta selalu berpindah-pindah tempat dalam melakukan pertapaannya, misalnya salah satu tempat pertapaannya yang ditemukan di dekat kampung Aeng Nyono’ yang nama wilayah tersebut berada di tengah hutan yang cukup lebat, sungguh tempat yang bagus untuk bertapa karena hutan tersebut memang belum terjamah tangan manusia dan karena tempat itu sering digunakan orang untuk bertapa, maka penduduk sekitar menamakan kampung itu dengan sebutan kampung Pertapaan.

Begitu juga bukit yang ada dikampung Aeng Nyono’ menjadi salah satu tempat bertapanya Syekh Abu Syamsudin, serta disana terdapat sebuah Kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada manusia hingga sekarang. Tepat di sebelah barat tempat beliau bertapa terdapat sumber mata air yang mengalir ke atas Bukit Pertapaan. Konon, Syekh Abu Syamsudin mencelupkan tongkatnya ke dalam sumber itu, lalu ditariknyatongkat beliau menuju Bukit Pertapaan dan air sumber itupun mengikuti arah tongkat sampai akhirnya mengalir ke atas bukit hingga kini. Sungguh ini merupakan karunia yang besar dan jauh diluar akal manusia, MasyaAllah…

Atas dasar keajaiban inilah yang menjadi asal-usul nama kampung Aeng Nyono’ (bahasa Madura) artinya air yang menyelinap atau mengalir keatas, dan konon air itu digunakan Syekh Abu Syamsudin untuk berwudhu.

Semasa hidup beliau selalu mendapat ujian dan cobaan yang bertubi-tubi namun diterimanya dengan ikhas dan sabar, karena semakin tinggi iman dan taqwa seseorang semakin berat dan bertambah pula cobaannya, sedang beliau begitu sadar akan hakikat hidup dan fenomena yang ada didalamnya, sehingga kesadarannya itulah yang membuat iman beliau semakin mengkristal dan menjadikan jiwanya semakin tenang serta kehidupan sehari-harinya begitu tentram bersama keluarga dan masyarakat sekitarnya. Inilah yang membuat beliau menjadi panutan orang-orang disekitar serta membuat nama beliau semakin harum dan amat disegani. Selain itu karena ketabahan dan kesabaranya beliau dianugerahi oleh Sang Kholiq Ilmu Karomah yang tinggi.

Namun betapapun baiknya beliau, masih saja ada yang menbenci dan memusihinya lantaran iri dan dengki terhadap kelebihan yang dimiliki beliau. Seperti halnya seorang bernama Buju’/Buyut Sarabe’ atau nama lain dari Buju’/Buyut Gunung Perahu?, yang memiliki tabiat buruk serta hidup dalam alam kegelapan. Dia selalu berbuat kemaksiatan, hari-harinya padat diisi dengan kenistaan dan angkara murka, bahkan membunuh hal sesamanya bukan hal yang baru melainkan sudah menjadi kebiasaan setiap waktu, terutama kepada siapa saja yang mempunyai nama besar dalam masyarakat dimasa itu.

Hingga pada suatu saat dia (Buyut Sarabe) bersama komplotannya merencanakan sebuah misi jahat yakni akan menghabisi Buju/Buyut Kalampok yang merupakan seorang sesepuh dari dusun Kalampok yang mungkin menjadi panutan masyarkat setempat. Sesampainya disana meraka langsung mencari Buyut Kalampok, dan setelah ditemukan tanpa banyak bicara langsung dibunuhnya, seperti layaknya membunuhnya binatang. Sungguh perbuatan yang sangat tidak berprikemanusiaan.

Sesudah menghabisi Buyut Kelampok dengan keji, mereka putar haluan menuju Batu Ampar dengan tujuan ingin menguji sekaligus berniat membunuh Syekh Abu Syamsudin.

Sesampainya ditempat tujuan, didepan rumah Syekh Abu Syamsudin mereka siap-siap untuk membumi hanguskan kediaman dan menyerang Syekh Abu Syamsudin mereka akan mencabut senjata mereka, seperti keris, celurit dan tombak, semua benda itu lenyap tinggal tempat dan rangkangnya. Melihat itu mereka terperanjat bukan main dan seketika kawanan pengacau tertunduk bersimpuh seraya mohon ampun dihadapan Syekh Abu Syamsudin.

Mereka mengaku kalah serta memohon agar senjata mereka yang lenyap dikembalikan dan mereka bersumpah untuk tidak mengulangi perbuatan nista itu lagi, jika ingkar mereka akan celaka sampai tujuh turunan.

Syekh Abu Syamsudin mengabulkan permintaan mereka atas dasar konsekuensi yang mereka ucapkan. Beliau menunjukkan letak senjata Buyut Sarabe dan pengikutnya yang berada didalam LATTHONG (Bahasa Madura) yang artinya kotoran sapi. Maka dari itu beliau mendapatkan julukan BUJU/ LATTHONG?.

Namun bukan hanya atas keajadian itu saja beliau mendapat julukan tersebut, kisah lain menceritakan tentang kelebihan beliau yakni keluarnya pancaran sinar dari dadanya, dan apabila sinar itu terlihat oleh orang yang banyak melakukan dosa serta belum pernah bertobat maka orang tersebut akan pingsan atau mati. Karena khawatir tentang hal itu, Maka Syekh Abu Syamsudin menutupi dadanya dengan cara mengoleskan latthong di sekitar dada beliau.

Setelah beliau berkeluarga beliau dikaruniai tiga orang putera antara lain bernama : SYAMSUDDIN, LUQMAN, HUSEN, dan sebenarnya asal nama lain beliau diambil dari putera pertamanya yakni, SYAMSUDDIN, ABU SYAMSUDDIN berarti BAPAK SYAMSYUDDIN

Tapi memang beginilah hidup, ujian dan cobaan kerap kali datang menerpa kepada siapapun jika Allah berkehendak dan bila kita dapat menyaring hikmah serta menemukan hakikat dari semua itu maka berbahagialah kita, karena sesungguhnya itu semua merupakan symbol kasih sayang Sang Kholiq kepada makhluknya yang tabah dan sabar serta sebagai tolak ukur tingkat keimanan kita kepada Sang DZULJALA’LI WAL-IKRAM. Dan Allah cinta kepada orang yang sabar seperti yang dialami Syekh Abu Syamsudin dalam menempuh hidup didunia . ujian dan cobaan silih berganti menghujani beliau, setelah ujian satu selesai maka ujian yang lain menyusul seakan tanpa jeda.

Pada masa itu diwilayah Pamekasan berdirilah kerajaan Non Islam yang megah dipimpin seorang Raja yang tidak pernah percaya kepada ajaran agama Islam. Sang Raja juga mendengar tentang kelebihan dalam hal ilmu Karomah yang dimiliki seseorang diwilayah Batu Ampar.

Tapi hal itu dianggap pepesan kosong, sebelum Raja tahu dan menyaksikan dengan mata sendiri. Maka timbul niatan untuk menguji tingkat karomah Syekh Abu Syamsuddin, dengan mengundang beliau pada acara syukuran dikerajaan yang diadakan Raja sendiri. Sang Raja juga mengundang Ulama’ di seluruh Madura dimasa itu.

Pada hari yang ditentukan Sang Raja mengutus Panglima Istana untuk menjemput Syekh Abu Syamsuddin di Batu Ampar, saat itu undangan sudah banyak yang datang. Sesampainya di Batu Ampar tepatnya dikediaman Syekh Abu Syamsudin, para pengawal itu disambut oleh beliau dan langsung dipersilahkan masuk, sesudah itu diutarakannya maksud dan tujuan kedatangan pengawal itu yakni bermaksud menjemput Syekh Abu Syamsuddin atas undangan dan perintah dari Raja.

Beliau menolak untuk berangkat bersama pengawal, maka dipersilahkannya para pengawal itu untuk berangkat terlebih dahulu, jarak antara Batu Ampar dan kerajaan cukup jauh, tapi dengan mengendarai kuda akan lebih menghemat waktu.

Begitulah yang ada dibenak para pengawal Kerajaan maksudnya, agar Syekh Abu Syamsudin cepat sampai di Kerajaan bila naik kuda bersama pengawal kerajaan itu, tapi niat baik pengawal itu ditolak secara halus, lalu ada apa di balik ini semua?, tanpa pikir yang terlalu panjang berangkatlah para pengawal itu kembali ke Kerajaan.

Sesampainya di Istana Kerajaan para pengawal dibuat tekejut dan terheran-heran ketika melihat Syekh Abu Syamsuddin sudah sampai terlebih dahulu lebih lama sebelum pengawal itu datang dan beliau sudah duduk serta berbincang-bincang dengan undangan yang lain sungguh ke istimewaan yang luar biasa atas Allah SWT. MasyaAllah.

Begitu acara dimulai, Syekh Abu Syamsuddin dimohon untuk memimpin do’a, maka dipimpinnya acara syukuran itu dengan membacakan do’a dan memohon perlindungan kepada Allah SWT, ruangan Istana digegerkan oleh sesuatu yang menakjubkan, seisi Istana tercengang menyaksikan itu, termasuk Raja sendiri yang tebelalak matanya seakan tak percaya, karena seluruh hidangan mewah dan lezat tampaknya yang tersaji dihadapan para undangan untuk siap disantap, tiba-tiba berubah kebentuk asal sebelum dimasak dan diolah sedemikan rupa.

Antara lain masakan itu kembali utuh menjadi binatang anjing dan binatang haram yang lain. Menyaksikan hal itu maka Raja mengakui seketika tentang ketinggian Ilmu Karomah yang dimiliki Syekh Abu Syamsuddin atas kebesaran Allah SWT. serta yakin akan kesucian dan kemurnian Islam yang terpelihara oleh Sang Kholiq dan selamatlah orang mukmin untuk yang kesekian kali dari sesuatu yang diharamkan agama, demi kokohnya syari’at Islam yang tetap terperihara.

Akhirnya terbukalah hati Sang Raja atas kebesaran Allah SWT. yang ditampakkan melalui Syekh Abu Syamsuddin. Raja bersama komponen kerajaan dan seluruh kerabatnya menemukan jalan yang terang sehingga ditinggalkannya dunia kegelapan yang penuh dengan maksiat serta dibuangnya jauh-jauh seraya mereka semua berbondong-bondong memasuki alam yang baru Nun Fitroh. Semenjak itu keluarga kerajaan mendapatkan bimbingan tentang ajaran Agama Islam secara langsung oleh Syekh Abu Syamsuddin.

Dan untuk lebih menguatkan hubungan tali persaudaraan, Raja mengajukan permohonan atas diri Syekh Abu Syamsuddin untuk menjadikan salah satu dari putera-putera beliau sebagai anak angkat Raja, permohonan itupun direstui oleh Syekh Abu Syamsuddin dan di pilihnya pilihnya putera beliau yang bernama LUQMAN untuk dijadikan anak angkat Raja. Maka Raja pun sepakat dan diangkatlah Luqman sebagai PUTERA RAJA. Maka semenjak itu semakin eratlah hubungan antara keluarga Kerajaan dengan Syekh Abu Syamsuddin sekeluarga seperti halnya keluarga sendiri. Demikianlah sebagian kecil dari kisah sejarah BUJU/BUYUT LATTHONG (SYEKH ABU SYAMSUDDIN).




Setelah membuka Muktamar di Surabaya, sekitar 17.30 WIB, Minggu (23/7), Presiden KH Abdurrahman Wahid ziarah ke makam Syeh Damanhuri di Batu Ampar, Kabupaten Pamekasan. Selain Presiden dan Ibu Negara Ny Sinta Nuriyah, sejumlah menteri tampak hadir. Mereka, antara lain, Menkop Dr H Zarkazih Nur dan Menhutbun Dr Nurmahmudi Ismail, M.Sc, serta Gubernur Jatim H Imam Oetomo, Kapolda Jatim Mayjen Pol Drs Da'i Bachtiar, S.H., dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sudi Silalahi. Begitu Presiden dan Ibu Negara memasuki lokasi ziarah, mereka langsung menuju makam Syeh Damanhuri, untuk membaca tahlil dan berdoa bersama sekitar setengah jam. Setelah itu, dia menuju kediaman putera Syeh Damanhuri, KH Romli Damanhuri. Selama satu jam, Gus Dur menjelaskan kepada undangan soal kedatangannya ke makam Syeh Damanhuri tersebut.

Menurut Gus Dur, ia datang ke "Batu Ampar" setelah dibisiki oleh seorang auliya'illah dari Aceh, Abu Ulailah. Padahal, di Madura ada tiga tempat makam auliya'illah, yaitu makam KH Kholil di Demangan Bangkalan, makam "Batu Ampar" Pamekasan, dan makam Sayyid Yusuf di Pulau Talangu Sumenep. "Beliau meminta saya ke sini, untuk mencari barokah agar keutuhan Indonesia terjamin," katanya. Gus Dur menceritakan, malam Jum'at yang lalu, ia diperintah oleh salah seorang auliya'illah, KH Abdullah Siddiq dari Kediri untuk menghadap Sunan Kalijogo di Kadilangu berdua saja. Tidak boleh ada orang lain yang ikut masuk ke makam. Saat itu, kata Gus Dur, ia mendengar ada suara dari dalam kuburan. Gus Dur mengaku, baru pertama kali ini dalam seumur hidupnya mengalami nasib berbicara dengan orang yang sudah tidak ada.

Kata beliau (Sunan Kalijogo, Red) "Cucuku Abdurrahman, kamu percaya atau tidak kepada Abdullah Siddiq yang membawa kamu itu adalah minal auliya'illah,". "Kamu jangan khawatir menghadapi apapun, karena kammim fiatin kholiilatin gholabats fiatan khatsirotam biidznillaah. Biidznillaah ini yang penting. Pegangan kamu selanjutnya, setiap hari yang harus dibaca yaa ayyuhalladzina 'amanu kulu kawwamuna bil kisti syuhada 'alannas walau ala amfusikum," kata Sunan Kalijogo kepada Gus Dur. Setelah itu, Gus Dur disuruh oleh Sunan Kalijogo ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari di Tebu Ireng Jombang malam itu juga. Ia disuruh meminta surban pemberian Wali Songo kepada neneknya dulu, saat menjaga Indonesia sewaktu NU didirikan. "Saat di Kadilangu beliau (Sunan Kalijogo, Red) mengatakan, kalau kamu dapat yang sifatnya fisik (surban), ya sudah. Tapi kalau tidak, kamu bisa mengambil yang simbolik di rumah Abdullah Siddiq di Kediri," paparnya. Setelah sesampainya di Tebu Ireng, kata Gus Dur, ternyata bisikan itu benar. Sebab di sana, sorban tersebut tidak ada. Sebagai fidyah (tebusan, Red), akhirnya Gus Dur meminta adiknya Abdul Hakam bin Khaliq Hasyim untuk membaca surat Al Kahfi di makam KH Hasyim Asy'ari. Menurut cerita Gus Dur, beberapa waktu yang lalu, adiknya Khodijah binti Abdul Wahid ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari dan membaca surat Al Kahfi. Selesai membaca, dia ketiduran. Dalam mimpinya, muncul KH Hasyim Asy'ari dan mengatakan "Alhamdulilah, sejak saya mati sampai sekarang, baru ada anak cucu saya yang membacakan surat Al Kahfi di sini," kata Gus Dur.

"Saya sendiri waktu mendengar hal itu menangis. Karena saking seringnya kita membaca tahlil, tapi tidak diikuti dengan membaca surat Al Kahfi. Ini peringatan keras dari beliau, bahwa kita harus berhati-hati dengan segala sikap kita," lanjut Gus Dur. Dalam mimpi itu, KH Hasyim Asy'ari mengatakan, dia akan berada di surga dengan semua anak cucunya, kecuali satu orang. "Saya menangis mendengar cerita itu," tambah Gus Dur lagi. Pada suatu ketika, Gus Dur dipanggil oleh KH Abdullah Siddiq. Dia menanyakan apa keinginan Gus Dur. Gus Dur mengaku cuma ingin satu, yaitu agar KH Hasyim Asy'ari bisa berkumpul dengan semua putranya di surga, tidak pandang bulu. Mendengar permintaan itu, KH Abdullah Siddiq masuk ke dalam untuk shalat.

Setelah itu ia mengatakan, Insya-Allah permintaan itu bisa terpenuhi bila Gus Dur ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari di Tebu Ireng, tanpa mampir-mampir. Saat itu, Gus Dur mengaku diberi air agar di siram di atas makam KH Hasyim Asy'ari.

Setelah dibacakan surat Al Kahfi, dan air tersebut di siram di atas makam KH Hasyim Asy'ari. Pendamping Gus Dur, H Masnuh, mengatakan kepada Gus Dur kalau ia melihat KH Hasyim Asy'ari berdiri di samping Gus Dur sambil tanganannya memegangi pundak Gus Dur. "Dia mengatakan kalau KH Hasyim Asy'ari melihat kanan kiri dengan senyum-senyum gembira. Saat itu, sorbannya baru, gamisnya baru, sandalnya baru, sarungnya baru, sajadahnya baru, dan tasbihnya baru," kata Gus Dur menutup pidatonya. Sebelum meninggalkan makam "Batu Ampar", Gus Dur menerima kenang-kenangan berupa keris pusaka KH Damanhuri yang disampaikan oleh putranya KH Romli Damanhuri. "Mudah-mudahan dengan kedatangan saya ke tempat ini, bisa mendapatkan berkah dan ridlo Allah untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.


BERANDA